Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang penting
di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar
perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Di bawah ini berdasarkan hasil Analisis Common
size vertikal dari data laporan keuangan PT Hanson Internasional dari periode 2014-2017 secara
garis besar terdapat kenaikan pada presentase total Aset Lancar pada tahun 2014 sebesar 11.6%
sampai dengan 2017 sebesar 13.3%. Namun pada pencapaian pada tingkat 13.3% di tahun 2017
sempat terjadi penurunan atas aset yang dimiliki PT Hanson Internasional pada tahun 2016 yang
menurun sebesar 0.5% akan tetapi dapat diimbangi dengan perolehan aset lancar pada tahun
2017. Peningkatan aset tersebut terutama disebabkan karena meningkatnya uang muka
pembelian tanah sebagai bentuk usaha Perseroan untuk meningkatkan cadangan tanah /
Landbank untuk ekspansi bisnis dan pengembangan usaha Perseroan kedepannya. Hal ini
berkaitan dengan total liabilitas jangka pendek yang dimiliki oleh PT Hanson Internasional
selama 4 periode yang juga menciptakan nilai liabilitas yang tinggi pada tahun 2016 sehingga
pengalokasian kas pada aset lancar tercermin mengalami penurunan. Lalu kemudian adanya
upaya pengurangan liabilitas pada jangka pendek dan jangka panjang yang membuat PT Hanson
Internasional dapat mengoptimalkan keseimbangan financial pada perusahaannya.
Modal yang dimiliki PT Hanson Internasional yang meliputi kepemilikan saham dan
kepemilikan dari non pengendali juga berpengaruh besar pada kepemilikan harta PT Hanson
Internasional. Yaitu selama 4 periode tersebut yang diawali pada tahun 2014 kepemilikan saham
PT Hanson Internasional adalah sebesar 40.7% yang semakin berganti tahun mengalami
penurunan yang terakhir dimiliki pada tahun 2017 sebesar 31.3%. Total ekuitas yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 5,45% dari Rp 5,755 triliun pada tahun 2016
menjadi Rp 6,069 triliun pada tahun 2017 yang dikontribusikan terutama oleh realisasi
Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) Perseroan tahun
2017 sebesar Rp200,0 milyar.
Pengaruh ini mencerminkan bahwa kepemilikan saham oleh PT Hanson Internasional
semakin menurun sehingga pendapatan laba yang diperoleh juga menurun. Sempat booming
pada kurun 2011- 2013 karena tumbuhnya populasi yang mendorong naiknya permintaan,
kemudian sektor properti mengalami tekanan pada tahun 2014. Sampai 2017, geliat industri
properti di Indonesia mulai menunjukkan kemajuan kendati belum signifikan. Pada tahun 2017,
Perseroan membukukan pendapatan penjualan sebesar Rp 885,13 milyar, meningkat sebesar
19,61% dibandingkan pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 740,02 milyar. Peningkatan
pendapatan ini terutama dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan dari produk properti
rumah tinggal dan ruko sebesar 197,34% menjadi Rp 377,2 milyar pada tahun 2017 dari
sebelumnya Rp 126,86 milyar pada tahun 2016. Posisi laba kotor Perseroan mengalami
penurunan sebesar 28,19% dari Rp417,04 milyar pada tahun 2016 menjadi Rp299,48 milyar
pada tahun 2017 yang disebabkan oleh peningkatan pengakuan beban pengembangan kawasan
dan infrastruktur di proyek-proyek Perseroan. Peningkatan beban pengembangan kawasan dan
infrastruktur tersebut adalah sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tarik produk properti
Perseroan kedepannya dan akan memberikan kontribusi positif pada peningkatan penjualan dan
marjin laba Perseroan pada tahun-tahun mendatang.
Berdasarkan analisis komparatif terhadap laporan keuangan PT. Hanson International pada
periode 2016 dan 2017 kami menemukan adanya peningkatan terhadap kas sebesar 105%, ini
terjadi karena adanya pembayaran atas piutang usaha dari tahun sebelumnya sehingga piutang
usaha mengalami penurunan sebesar 97%. Pada tahun 2017 perusahaan melakukan pembayaran
dimuka atas pembelian tanah sebesar 1,1 miliyar atau 128% mengalami peningkatan, secara
keseluruhan total asset perusahaan mengalami peningkatan sebesar 19%.
Selanjutnya pada keseluruhan liabilitas perusahaan mengalami kenaikan sebesar 27%
dimana utang usaha mengalami kenaikan sebesar 84%, dan utang lain-lain meningkat 95%. Dan
dibagian liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo mengalami penurunan 45%. Sedangkan
dibagian ekuitas perusahaan mengalami peningkatan sebesar 16%.
Pada bagian laporan laba rugi, perusahaan mengalami peningkatan penjualan 20%. Namun
pada bagian beban pokok pendapatan mengalami peningkatan 81% sehingga mengakibatkan
perusahaan mengalami kerugian sebesar 28%.
Penulis : Lukman
Mahasiswa STEI SEBI
0 Comments:
Post a Comment